Minggu, 01 April 2012

KOMODITI JAGUNG



I. PROFIL JAGUNG
Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4000 tahun yang lalu.
Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis tidak mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa lebih manis ketika masih muda.
Adapun klasifikasi dari tanaman jagung tersebut adalah sebagai berikut :
Kerajaan:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
Z. mays

           
II. MANFAAT DAN PERAN EKONOMI JAGUNG
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Jagung  termasuk komoditas  strategis  dalam  pembangunan  pertanian  dan  perekonomian  Indonesia,  mengingat  komoditas  ini  mempunyai fungsi multiguna, baik untuk pangan maupun pakan.  Penggunaan jagung untuk pakan telah mencapai 50% dari total kebutuhan.  Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2000-2004), kebutuhan jagung untuk bahan baku industri pakan, makanan, dan minuman meningkat 10-15%/tahun.  Dengan  demikian,  produksi  jagung mempengaruhi kinerja industri peternakan yang merupakan sumber utama protein masyarakat.
Dalam  perekonomian  nasional,  jagung  adalah  kontributor  terbesar  kedua  setelah  padi  dalam  subsektor  tanaman  pangan.  Sumbangan jagung terhadap PDB terus meningkat setiap tahun, sekalipun pada saat krisis ekonomi. Pada tahun 2000, kontribusi  jagung dalam perekonomian Indonesia Rp 9,4 trilyun dan pada tahun  2003  meningkat  tajam  menjadi  Rp 18,2  trilyun. Kondisi ini mengindikasikan  besarnya  peranan  jagung  dalam  memacu pertumbuhan subsektor tanaman pangan dan perekonomian nasional pada umumnya.
Kerja keras untuk meningkatkan produksi jagung, baik melalui perluasan  areal  tanam  maupun  penggunaan  benih  hibrida  dan komposit,  telah meningkatkan produksi jagung nasional dari 6,26 juta ton pada tahun 1991 menjadi 10,91 juta ton pada tahun 2003, walaupun hingga kini belum mampu mencukupi kebutuhan, sehingga masih diperlukan impor. Peluang peningkatan produksi jagung dalam negeri masih terbuka luas melalui peningkatan produktivitas yang sekarang masih rendah (3,3 t/ha) dan pemanfaatan potensi lahan yang masih luas, terutama di luar Jawa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar