I. PROFIL JAGUNG
Berdasarkan
bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung
adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan
di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika
Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan
di selatan Peru pada 4000 tahun yang lalu.
Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar.
Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar.
Jagung
merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus
hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan
tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya
berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m.
Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum
bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada
umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Biji
jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium.
Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji.
Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin.
Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin.
Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih
berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis tidak mampu
memproduksi pati sehingga bijinya terasa lebih manis ketika masih muda.
Adapun klasifikasi dari tanaman jagung tersebut adalah sebagai berikut :
Kerajaan:
|
|
Ordo:
|
|
Famili:
|
|
Genus:
|
|
Spesies:
|
Z. mays
|
II. MANFAAT DAN PERAN EKONOMI JAGUNG
Jagung
(Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting,
selain gandum
dan padi. Sebagai
sumber karbohidrat utama di
Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di
Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura
dan Nusa
Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai
sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji,
dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung
tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang
dipakai sebagai bahan baku
pembuatan furfural. Jagung yang telah
direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Jagung
termasuk komoditas strategis dalam
pembangunan pertanian dan
perekonomian Indonesia, mengingat
komoditas ini mempunyai
fungsi multiguna, baik untuk pangan maupun pakan. Penggunaan
jagung untuk pakan telah mencapai 50% dari total kebutuhan. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2000-2004), kebutuhan jagung untuk bahan baku industri pakan, makanan, dan minuman meningkat 10-15%/tahun.
Dengan demikian, produksi
jagung mempengaruhi kinerja
industri peternakan yang merupakan sumber utama protein masyarakat.
Dalam
perekonomian nasional, jagung
adalah kontributor terbesar kedua
setelah padi dalam
subsektor tanaman pangan.
Sumbangan jagung terhadap PDB terus meningkat setiap tahun, sekalipun pada saat krisis ekonomi. Pada tahun
2000, kontribusi jagung dalam perekonomian
Indonesia Rp 9,4 trilyun dan pada tahun 2003 meningkat
tajam menjadi Rp 18,2
trilyun. Kondisi ini mengindikasikan besarnya peranan
jagung dalam memacu pertumbuhan subsektor tanaman pangan dan perekonomian
nasional pada
umumnya.
Kerja keras untuk meningkatkan produksi jagung,
baik melalui perluasan areal
tanam maupun penggunaan
benih hibrida dan komposit, telah
meningkatkan produksi jagung nasional dari 6,26 juta ton pada tahun 1991 menjadi 10,91 juta ton pada
tahun 2003, walaupun
hingga kini belum mampu mencukupi kebutuhan, sehingga masih diperlukan impor.
Peluang peningkatan produksi jagung dalam negeri masih terbuka luas melalui peningkatan produktivitas yang
sekarang masih rendah (3,3 t/ha) dan pemanfaatan potensi lahan yang masih luas, terutama di
luar Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar